Kamis, 15 Januari 2009

GREEN HOUSE EFFECT

GREEN HOUSE EFFECT

Kira-kira 20-30 Km di atas atmosfer terdapat lapisan difusi gas ozon (O3). Lapisan ini merupakan suatu bentuk oksigen dengan tiga atom setiap molekulnya (bukannya dua) yang membantu menahan sebagaian besar radiasi ultra ungu yang membahayakan dari matahari, akan tetapi dapat dirusak oleh pencemaran-pencemaran atmosfer seperti CFC (Chlorine Fluorine Carbon).
Pembakaran hutan-hutan tropis membebaskan banyak sekali karbon dioksida (CO2) ke dalam atmosfer. Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi memberikan pengaruh yang sama. Karbon dioksida yang berlebihan di dalam atmosfer dapat meningkatkan efek rumah kaca (Green House Effect). Berkas sinar matahari yang berasal dari matahari yang mencapai permukaan bumi menghangatkan tanah dan kemudian dipancarkan kembali sebagai panas ke ruang angkasa. Akan tetapi, karbon dioksida di dalam atmosfer dan gas-gas rumah kaca lainnya seperti yang berasal dari gas organik yaitu CFC lemari Es, Gas Aerosol, karbon dioksida (CO2) dari asap gunung berapi serta pembakaran hutan, gas Metana (CH4) yang berasal dari ternak, Nitrogen Trioksida/ Oksida Nitrit (NO3) yang berasal dari bahan penyubur tanaman atau obat bius, dan lain sebagainya. Lapisan itu bertindak seperti kaca di dalam sebuah rumah kaca, lapisan itu membiarkan sinar hangat masuk, tetapi menahan panas yang akan keluar. Salah satu hasilnya adalah penghangatan bumi atau pemanasan global (Global Warming), yaitu peningkatan temperatur secara bertahap di seluruh dunia yang dampaknya iklim di dunia akan berubah sama sekali.
Salah satu hasil yang mungkin dari meningkatnya efek rumah kaca adalah naiknya temperatur rata-rata sebesar 1OC setiap akhir abad. Temperatur rata-rata sekarang ini hanya 4OC lebih panas dibandingkan temperatur pada zaman es terakhir 1.000 juta tahun yang lalu, hal ini dikarenakan meningkatnya kadar karbondioksida, temperatur ini akan dapat naik lagi.
Seperti yang baru saja telah kita lihat, hal ini pada gilirannya dapat mulai mencairkan es dan timbunan es, sesuatu yang pernah terjadi sebelum sejarah bumi di antara zaman-zaman es yang berbeda, kemudian permukaan laut akan naik. Banyak dari kota-kota besar di dunia yang dibangun di tepi-tepi pantai. Kenaikan umum pada permukaan laut yang hanya beberapa meter akan menenggelamkan dan memusnahkan banyak kota di dekat pantai dan beberapa pulau di sekitar lautan di dunia.

OBSERVASI DI BMG JUANDA

OBSERVASI DI BMG JUANDA (28 Mei 2002)


Pengamatan Cuaca dapat dilakukan dengan melalui 2 (dua) cara, yaitu:
1. Secara Visual (Tanpa Alat)
2. Dengan Menggunakan Instrumen/ alat

I. Contoh pengamatan dengan menggunakan instrumen atau alat, misalnya:
1. Sensor Thermometer Bola Kering
2. Sensor Thermometer Bola Basah

Digunakan untuk menghitung titik embun dan kelembaban udara dengan menghitung selisih dari thermometer bola kering dengan thermometer bola basah.
3. Thermometer Maksimum
Digunakan untuk mengukur suhu maksimum dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam waktu satu hari. Misalnya, pada sore hari pukul 18.00 sampai pukul 06.00 pagi. Pada thermometer ini tepat di atas reservoir terdapat bagian yang sempit karena adanya Stiff Kaca. Jika suhunya naik, air raksa dalam reservoir memuai dan dipaksa melalui bagian yang sempit ke dalam pipa kapiler. Sebaliknya jika suhunya turun, air raksa menyusut tetapi air raksa di dalam pipa kapiler tidak dapat turun kembali ke dalam reservoir, karena tertahan oleh bagian yang sempit dari Stiff Kaca tersebut.

4. Thermometer Minimum
Digunakan untuk mengukur suhu minimum dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam waktu satu hari. Misalnya, pada pagi hari pukul 06.00 pagi sampai pukul 18.00 sore. Thermometer ini menggunakan cairan alkohol, karena reaksi alkohol terhadap perubahan suhu tidak seberapa cepat.

5. Thermograf
Alat yang dapat mencatat suhu secara terus-menerus dan otomatis. Komponen yang terpenting dari thermograph ini adalah:
a. Elemen pengukur, biasanya berupa bimetal
b. Sebuah jam, yang memutar silinder yang diletakkan kertas pias
c. Pensil, yang berfungsi untuk membuat grafiknya

6. Thermometer Bola Hitam
Alat ini sebenarnya hampir sama dengan thermometer air raksa biasa, hanya saja reservoirnya yang berwarna hitam diletakkan dalam bola kaca yang hampa udara. Naik turunnya air raksa ini yang ada di dalam pipa kapiler sebanding dengan intensitas radiasi matahari saat itu.

7. Parheliometer
Elemen pengukur alat ini terdiri atas 2 cincin konsentris yang sama luasnya, cincin dalam dipulas dengan warna hitam dan cincin luar dilapisi oleh Oksida Magnesium. Ketika menerima radiasi matahari maka terjadi perbedaan suhu antara cincin yang berwarna hitam dengan cincin yang berwarna putih.

8. Campbell Stokes
Alat yang digunakan untuk mengukur lamanya penyinaran matahari. Bagian terpenting dari alat ini adalah bola kaca yang masif berdiameter 3 Inchi sebagai lensa bakar dan di bagian bawahnya terdapat Pias Karton. Karena berkas sinar matahari dikumpulkan pada titik api di mana di situ diletakkan Kertas Pias, maka kertas pias tersebut akan terbakar bila menerima radiasi matahari, dengan melihat berkas-berkas yang terbakar maka dapat ditentukan berapa jam lamanya matahari bersinar penuh pada hari itu.
Terdiri dari 3 rel untuk tempat kertas, yaitu:
a. Sebelah selatan, bila posisi matahari berada pada garis balik selatan.
b. Bagian Tengah, bila posisi matahari berada tepat pada garis katulistiwa.
c. Sebelah Utara, bila posisi matahari berada pada garis balik utara.

9. Aktinometer
Elemen pengukurnya terdiri atas sepasang Bimetal yang dicat warna hitam dan yang dilapisi oleh permukaan yang mengkilat. Permukaan yang hitam bereaksi terhadap radiasi matahari dan suhu udara, sedangkan permukaan yang mengkilat hanya berekasi terhadap suhu udara saja.

10. Aktinograf
Alat yang digunakan untuk mengukur visibilitas atau jarak pandang. Semua pengukuran dilakukan pada pukul 07.00 pagi karena disesuaikan dengan waktu GMT yaitu 07.00 sama dengan 0.00 (GMT)

11. Barometer Air Raksa
Digunakan untuk mengukur tekanan udara. Bagian terpenting alat ini adalah bejana kaca yang berisi air raksa, ujung atasnya tertutup sedangkan ujung bawahnya terbuka dan berdiri pada suatu bak yang berisi air raksa pula. Ruang di atas air raksa merupakan ruang hampa.

12. Barograf
Barometer yang dapat mencatat sendiri tekanan udara secara terus-menerus secara otomatis. Barograph terdiri dari 4 bagian pokok, yaitu:
a. Elemen Pengukur, yang berupa kotak Vidi (Kotak Barometer Aneroid)
b. Silinder, yang selalu berputar dan pada tepinya melekat kertas
c. Pensil
d. Kerangka
Prinsip kerjanya yaitu, jika tekanan udara naik, Kotak Vidi tertekan dan jika tekanan udara turun Kotak Vidi akan mengembang. Penyusutan dan pengembangan kotak tersebut menggerakan pensil, sehingga lukisan pada kertas yang menempel pada silinder juga naik turun sesuai dengan naik turunnya tekanan udara.

13. Barometer Aneroid
Bagian yang terpenting dari alat ini adalah Kotak logam yang sebagian udaranya telah dikeluarkan. Jika udara naik sehingga akan menekan dinding kotak sebaliknya jika tekanan udara turun kotak tersebut akan mengembang. Gerakan penyusutan dan pengembangan itu akan menggerakan jarum yang menunjukkan pada skala angka yang menyatakan besarnya tekanan pada saat itu.

14. Anemometer Mangkok
Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin. Bagian yang terpenting dari alat ini adalah 4 buah mangkok yang dipasang pada palang yang dapat berputar. Putaran Anemometer ini berdasarkan atas dimanakah angin itu datang. Bagian yang cembung dan yang cekung dari mangkok tersebut menunjuk arah yang sama.
Bahwa poros dari anemometer ini ada kalanya dihubungkan dengan dinamo kecil, bila mangkok tersebut berputar maka akan menimbulkan terbangkitnya arus listrik yang besarnya sebanding dengan kecepatan putaran mangkok. Besarnya arus listrik tersebut dihubungkan dengan Galvanometer, yang kemudian kecepatan angin tersebut dinyatakan dengan satuan Knot.

15. Ombrometer
Alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan. Alat ini ada 2 jenis/ tipe, yaitu:
a. Ombrometer tipe Hillman, biasanya dilihat tiap pukul 07.00
b. Ombrometer tipe Observatorium, diamati tiap 3 jam sekali. Tetapi kalau tidak ada hujan dapat diamati pukul 07.00

16. Panci Terbuka Huguage
Alat yang digunakan untuk mengukur besarnya penguapan air. Alat ini berbentuk seperti sebuah bak yang besar terbuat dari Seng yang diisi air dan di alat ini terdapat sebuah mata pancing. Cara penggunaanya yaitu, setiap pukul 07.00 pagi, mata pancing dicelupkan pas pada permukaan air, lalu diputar angkanya kemudian dilihat hasilnya pada angka tersebut. Misalnya hari ini menunjukkan angka 50,7 mm kemudian besok setelah kita lihat 45,6 mm maka selisihnya adalah 5,1 mm maka dapat disimpulkan bahwa selama 24 jam air menguap sebesar 5,1 mm.

17. Gubug Meteorologi
Tempat yang digunakan untuk meletakkan Thermometer Bola kering, Thermometer Bola Basah, Thermometer Maksimum, dan Thermometer Minimum. Gubug Meteorologi ini dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Terbuat dari Kayu yang di Cat warna putih.
b. Beratap dua lapis
c. Dasarnya berlubang-lubang
d. Dindingnya berlapis dan berijulasi
e. Pintu menghadap utara dan selatan
f. Dipasang di tempat yang terbuka.
g. Di tempatkan pada ketinggian 170 Cm, hal ini disesuaikan dengan rata-rata ketinggian orang Indonesia.

II. PENGAMATAN DI RUANG AEROLOGI
Yaitu ruangan yang digunakan untuk melakukan pengamatan-pengamatan yang berkaitan dengan udara atas. Di ruangan ini kita bisa mendeteksi beberapa hal dengan bantuan peralatan yang telah disediakan. Peralatan tersebut diantaranya, yaitu:
1. Radio Sounder
2. Sensor Suhu
3. Balon Meteorologi yang berwarna putih
4. Parasut
5. Baterai Kering
6. Komputer, untuk pengamatan dan data
7. Ploating Board

Yang akan kita deteksi di ruang Aerologi ini diantaranya, yaitu:
1. Suhu
2. Kelembaban Udara
3. Arah dan Kecepatan rata-rata angin
4. Tekanan Udara
Cara Kerjanya, yaitu:
Sebelum melakukan pengamatan, semua peralatan telah dicek terlebih dahulu sebelum digunakan, misalnya Radio Sounder yang harus dipastikan dalam keadaan yang baik, bisa dimungkinkan saja bahwa Radio Sounder tersebut rusak. Hal ini dimaksudkan agar didalam pengamatan nanti tidak terjadi kesalahan-kesalahan.
Selanjutnya, yaitu pengisian udara pada Balon Meteorologi yang diisi dengan Gas H2 (Hidrogen), yang terbuat dari Kostiksoda, silikon halus, silikon kasar, dan H2O sesuai dengan ukuran yang telah distandartkan. Kemudian balon diikat dan siap untuk diterbangkan.
Panjang talinya yaitu 12 m, karena ini sudah diperhitungkan sudah pas, tidak terlalu panjang dan dimungkinkan tidak mudah tersangkut. Jarak antara balon dengan parasut sejauh 5 m, dan jarak antara parasut dengan Radio Soundernya 7 m.
Setelah dilepaskan, balon udara ini kan mengeluarkan data azimuth setiap satu menit sekali. Data azimuth tadi dapat kita lihat pada suatu peralatan yang disebut Wonder Tronic yang mempunyai fungsi untuk merekam atau menerima data sinyal dari Radio Sounder tersebut.
Biasanya balon udara ini dilepas mulai pukul 05.45 pagi, bila balon pecah maka radio sounder tersebut akan jatuh, dan jatuhnya alat ini tergantung dari arah angin. Biasanya balon ini dilepas dengan diberi surat sehingga barang siapa yang menemukan alat ini berhak untuk melaporkan atau memberikan kepada Kepala Kelurahan kemudian diserahkan ke Kecamatan kemudian wajib untuk mengembalikan ke BMG. Peralatan ini hanya dapat digunkana dalam satu kali pakai, kekuatan antara balon dengan baterai kira-kira memiliki ketahanan kurang lebih 90 menit. Dalam satu tahun angin ini kebanyakan bertiup dari arah barat menuju ke timur. Bahwa pada musim kemarau angin akan bertiup ke arah barat sehingga menyebabkan cuaca panas. Pada musim penghujan angin akan menuju ke Timur dan menyebabkan Cuaca dingin.





















III. PENGAMATAN DI RUANG KOMUNIKASI
Pada bagian ruang Komunikasi mempunyai fungsi untuk mengirim, menerima, dan mengumpulkan data cuaca dari berbagai tempat, yaitu diantaranya:
1. LC (Line Chanel), Yaitu pertukaran data antar BMG/ saluran tunggal saja, misalnya pertukaran data cuaca dari BMG Juanda ke BMG Denpasar.
2. Jaringan SSB, dalam penyampaian informasi data cuaca ini menggunakan suatu alat yaitu Radio Komunikasi.
3. Jaringan ASPN, Yaitu pertukaran data BMG dari dalam dan berbagai negara. Misalnya, saja dari Singapura, Bangkok, Hongkong, dan lain-lain.

Dalam hal pengiriman data, data yang dikirim itu meliputi:
1. Data Sinoptik, yaitu pengiriman data keadaan cuaca dalam jangka waktu 3 jam sekali.
2. Data meter, yaitu pengiriman data keadaan cuaca dalam jangka waktu 1 jam sekali.
3. QAM, yaitu pengiriman data keadaan cuaca dalam jangka waktu 30 menit sekali.
4. WIX REV, merupakan sebuah resensi perubahan tekanan dan suhu udara dalam jangka waktu 24 jam.
5. SPACI, merupakan pengiriman data perubahan cuaca secara tiba-tiba.
6. TAFOR (Traffic Forecast), merupakan pengiriman prakiraan cuaca suatu bandara tujuan.
7. ROFOR (Route Forecast), merupakan pengiriman prakiraan cuaca dalam suatu perjalanan.
8. ARFOR (Area Forecast), merupakan pengiriman prakiraan cuaca pada suatu daerah atau wilayah.

Wliayah yang dimaksud yaitu meliputi:
a. Wilayah I yaitu, Medan
b. Wilayah II yaitu, Jakarta
c. Wilayah III yaitu, Denpasar
d. Wilayah IV yaitu, Ujung Pandang
e. Wilayah V yaitu, Biak

Sasaran BMG pada penyediaan dan pelayanan informasi untuk:
1. Penerbangan
2. Maritim/ Pelayaran
3. Pertanian dan Pengadaan Pangan
4. Cuaca Ekstrim dan Gempa
5. Polusi/ Komposisi Atmosfera untuk pengendalian AMDAL

Manfaat BMG:
Kemampuan Meteorologi dan Geofisika untuk menunjang keselamatan masyarakat pada umumnya dan khususnya keselamatan penerbangan dan pelayaran serta berbagai sektor pembangunan lainnya.
1. Alat Aero Traffic Control mempunyai fungsi, Menginformasikan Data ke pesawat terbang atau kepada pilot-pilot.
2. Ramalan Cuaca
a. Data dikumpulkan
b. DiPloating
c. Dianalisa
d. Prakiraan Cuaca

Menurut BMG curah hujan dalam Dasarian (1-10)  40 mm, lebih kecil dari 50 mm kemudian diikuti Dasarian berikutnya (kemarau). Misal tanggal 1 – 10  40 mm dan tanggal 11 – 20  30 mm (kemarau).
Pada musim kemarau suhu tidak lebih dari 320 C. Justru pada saat pergantian musimlah suhu paling panas, bisa lebih dari 320 C khusus Kota Surabaya. Hal ini dikarenakan, misalnya pada bulan Oktober terjadi Awan, Suhu Panas, udara tidak langsung naik ke atas karena ada penghalang yaitu awan.
Sedangkan pada bulan Juli, Agustus terjadi kemarau suhunya lebih rendah daripada bulan Oktober, hal ini dikarenakan pancaran sinar matahari langsung dipantulkan karena tidak ada penghalang yaitu awan atau dengan kata lain langit bersih.

polusi

POLUSI UDARA

Tahukah Anda, bahwa udara yang kita hirup tiap hari mengandung banyak sekali zat kimia. Kurang lebih terdapat 14 jenis zat kimia yang terbang di udara bersama udara yang kita hirup.
Pencemaran udara disebabkan oleh terdapatnya zat kimia di dalam lingkungan di atas ambang batas yang ditentukan.
Pada kisaran normal zat-zat kimia di udara masih baik kita hirup, akan tetapi jika melebihi ambang batas yang ditentukan udara disekitar kita akan menjadi musuh yang mematikan. Salah satu zat kimia yang banyak diudara adalah Nitrogen (N2) dan Oksigen (O2).
Ambang normal zat itu akan berubah seiring dengan pertambahan penduduk, industri dan transportasi.
Banyak kegiatan sehari-hari kita yang dapat menyebabkan kerusakan alam ini. Mulai dari hasil pembuangan kendaraan bermotor hingga industri besar. Berikut ini adalah berbagai macam jenis zat kimia yang dapat membuat udara tercemar: CO2, CO, NO dan NO2, SO2 dan SO3, Pb, CFC

A. Bahan-bahan Penyebab Pencemaran Udara

1. CO2 (Karbon Dioksida )
Sebelum era industrialisasi, kadar karbon dioksida masih rendah yaitu 280 ppm pada tahun 1860, sedangkan pada tahun 1960 kadar gas tersebut meningkat menjadi 315 ppm. Peningkatan kadar ini disebabkan karena tingginya penggunaan bahan bakar batubara, minyak bumi dan gas alam.
Batubara yang komponen penyusunnya berupa karbon (C), jika dibakar akan bereaksi dengan oksigen (O2) menghasilkan karbon dioksida (CO2), demikian juga dengan gas alam dan minya bumi yang sering kita pakai sehari-hari.
Tahukan Anda bahwa tubuh kita juga penghasil CO2 yang merupakan hasil pembakaran dari makanan yang kita makan selain menghasilkan air, oleh tumbuhan CO2 akan ditangkap sebagai bahan baku fotosintesa sebagai penghasil karbohidrat dan O2.
2. Efek Rumah Kaca
Dampak dari kenaikan kadar CO2 di udara akan menyebabkan peningkatan suhu di permukaan bumi. Rumah kaca merupakan rancang bangun yang dibuat untuk pembibitan tanaman yang sering kita jumpai pada lahan pertanian dan perkebunan modern.
Sinar matahari dapat menembus kaca, akan tetapi sinar infra merah yang dipantulkan tidak bisa menembusnya dan terperangkap didalamnya sehingga suhu di dalam rumah kaca meningkat.
Kondisi itu pula yang terjadi dengan bumi kita, CO2 di udara dapat dilewati sinar infra merah dan sinar tampak tetapi menahan sinar infra merah yang dipantulkan bumi. Semakin tinggi CO2 di udara semakin panas suhu di permukaan bumi. Jika ini terjadi terus menerus maka es di kutub akan mencair dan menaikkan permukaan air laut yang akhirnya akan menenggelamkan pulau-pulau. Amatilah kondisi ini disekitar Anda apakah garis pantai semakin naik!.
3. CO (karbon monoksida)
Tahukah Anda bahwa kendaraan bermotor yang sering kita kendarai menyumbang 10.000 – 40.000 ppm CO (Karbon Monoksida), padahal udara dikatakan bersih jika mengandung CO sebesar 0,1 ppm.
Ambang batas CO di udara sebesar 100 ppm. Gas CO ini disebabkan dari proses pembakaran pada mesin kendaraan yang tidak sempurna.
4. NO dan NO2 (Oksida Nitrogen )
Pencemaran udara dapat disebabkan oleh oksida nitrogen. Sumber utama oksida nitrogen adalah pembakaran bahan bakar dalam industri dan kendaraan bermotor.
Campuran antara NO dan NO2 sebagai pencemar ditandai dengan NOx. Ambang batas NOx di udara adalah 0,05 ppm. NOx jika bereaksi dengan bahan pencemar lain akan berbahaya dan menimbulkan fenomena asap kabut (smog).
5. SO dan SO2 (Oksida Belerang )
Oksida belerang ini dapat menyebabkan hujan asam yang bersifat merusak. Oksida belerang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar seperti batu bara dan minyak.
Oksida belerang ini juga dihasilkan dari limbah industri pengolahan logam yaitu pemanggangan bijih logam berupa sulfida.
6. Timbal (Pb)
Timbal merupakan pencemar udara yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor. Setelah mengalami pembakaran di dalam motor, timbal di lepas ke udara dalam bentuk oksida timbal.
Perlu juga Anda ketahui bahwa timbal merupakan logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh kita.
7. Klorofluorokarbon (CFC)
Apakah Anda mempunyai lemari pendingin (kulkas) atau cat semprot. Jika punya pastikan bahwa produk yang Anda pakai bebas CFC. CFC merupakan zat kimia yang dapat merusak ozon.
Perusakan ini bersifat kimiawi artinya ozon yang mempunyai susunan molekul O3 dapat dirusak oleh salah satu unsur penyusun CFC yaitu Cl.
Untuk Anda ketahui bahwa ozon berfungsi untuk menyerap sebagain radiasi ultraviolet dari matahari menuju ke bumi. Jika lapisan ozon rusak, maka sinar ultra violet akan masuk ke bumi tanpa tersaring lebih dahulu sehingga menyebabkan berbagai jenis bencana dan penyakit.

B. Dampak Pencemaran Udara

1. CO2 (Karbon Dioksida )
Gas yang keluar tidak berbahaya tetapi menyebabkan efek rumah kaca sehingga menimbulkan pemanasan muka bumi. Hal ini berdampak mencairnya gunung-gunung es di kutub. Tingginya pencairan gunung es di kutub berdampak pada naiknya permukaan air laut sehingga daerah-daerah pinggir pantai akan menjadi tergenang.
2. CO (Karbon Monoksida )
Gas tidak berwarna, tidak berbau tapi beracun akibat pembakaran bensin dan minyak yang tidak sempurna.
Darah dalam tubuh turun kemampuannya untuk mengangkut oksigen sehingga darah kekurangan oksigen, dalam jumlah besar dapat menyebabkan pingsan hingga kematian.
3. NO dan NO2
Menyebabkan smog, mengurangi daya pandang, iritasi mata dan saluran pernafasan dan memicu serangan asma.
Selain itu juga menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terserang kuman penyakit saluran pernafasan dan paru-paru

4. SO2 dan SO3
Menyebabkan hujan asam yang merusak tumbuhan, korosi logam dan merusak bangunan.
Bagi tubuh dapat menyebabkan penyakit paru-paru kronis dan akut, menimbulkan gangguan mata (mata merah dan berair), tenggorokan dan gangguan hidung dan memperparah penderita asma.
5. Pb
Menyebabkan kerusakan permanen pada otak, darah, dan organ lainnya. Selain itu juga dapat meracuni sistem pembentukan sel darah merah sehingga mengakibatkan anemia dan menyebabkan tekanan darah tinggi dan gangguan jantung.
6. CFC
Menyebabkan rusaknya ozon, kanker kulit, katarak, dan kerusakan pada tanaman.

C. Mencegah Pencemaran Udara

1. CO2 (Karbon Dioksida )
Mengurangi pertambahan penduduk, mengurangi pembabatan hutan dan pengelolaan industri.
Langkah ini ditempuh karena semakin tinggi pertambahan penduduk semakin tinggi pula gas CO2 yang dibuang di udara, dengan adanya tumbuhan maka CO2 akan diubah kembali menjadi zat makanan dan gas O2, yang berguna bagi makhluk hidup
2. CO (Karbon Monoksida )
Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Seperti di kota Jakarta adanya program 3 in 1 selain untuk mengurangi kepadatan lalu lintas juga meminimalkan penggunaan kendaraan yang akan meningkatkan gas buang khususnya CO. Begitu juga busway, dengan bus semacam itu orang tidak perlu menggunakan kendaraan pribadi.
3. NO dan NO2
Memasang pengubah katalitik (catalitik converter) pada knalpot kendaraan. Fungsi dari katalitik ini adalah sebagai penyaring sebelum gas buang keluar dari knalpot.
4. SO2 dan SO3
Pengaturan penggunaan bahan bakar batubara dan minyak bumi. Pabrik sebagai penyumbang gas buang SOx yang tinggi harus melakukan pengawasan pada limbah yang dihasilkan. Saat ini ada badan dunia yang mengatur tentang baku mutu produksi apakah sudah memperhatikan lingkungannya atau belum yaitu dengan adanya sertifikat ISO.
5. Pb
Mengurangi penggunaan senyawa timbal pada bensin. Di seluruh dunia saat ini sedang mengurangi penggunaan bahan bakar (premium, pertamax, solar) yang mengandung timbal.
Langkah lain yang ditempuh adalah memproduksi mobil yang ramah lingkungan, yaitu menggunakan mesin dengan bahan bakar gas. Bahkan di Jepang telah dibuat mobil yang mempunyai hasil buangan berupa air.
6. CFC
Mengurangi penggunaan produk-produk yang mengandung CFC seperti cat semprot, hairspray, pendingin ruangan (AC) dan memilih produk yang non CFC. Produk-produk yang ramah lingkungan biasanya mencantumkan label non CFC pada barang yang dijualnya.

PENUTUP
Udara yang kita hirup merupakan kebutuhan pokok kita sebagai manusia. Untuk memperolehnya pun kita tidak perlu membeli, coba Anda bayangkan orang yang sedang sakit parah di rumah sakit dan memerlukan bantuan tabung oksigen, berapa besar biaya yang harus dia keluarkan untuk memperolehnya.
Kita wajib menjaga kesehatan di sekitar kita dengan memperhatikan hasil dari segala bentuk kegiatan kita sehari-hari apakah berkendaraan atau kegiatan lain yang menghasilkan gas buang.
Kata orang bijak mencegah lebih baik dari pada mengobati.



Selama ini teknologi pengolahan limbah kurang mendapatkan perhatian serius di Indonesia. Padahal, tidak sedikit permasalahan limbah cair maupun gas terbentur pada permasalahan penggunaan teknologi. Dengan semakin berkembangnya perindustrian di Indonesia, sudah selayaknya pemilihan serta penggunaan teknologi yang tepat dalam mengatasi masalah limbah segera diterapkan.
Melalui artikel ini penulis ingin memperkenalkan sebuah teknologi yang kerap disebut teknologi plasma. Di berbagai negara maju termasuk Jepang, teknologi plasma mulai banyak dipergunakan untuk mengolah limbah gas dan cair dari berbagai kegiatan industri domestik, serta dari asap kendaraan bermotor. Sedangkan di negara Eropa dan Amerika berbagai penelitiaan dari penggunaan teknologi plasma untuk mengolah limbah juga banyak dikembangkan.

Plasma

Plasma adalah zat keempat di samping zat klasik: padat, cair, dan gas. Zat plasma ini bukanlah plasma seperti pada kata plasma darah, kata yang paling umum digunakan berkaitan dengan plasma dalam bidang Biologi. Plasma zat keempat ini ditemukan pada tahun 1928 oleh ilmuwan Amerika, Irving Langmuir (1881-1957) dalam eksperimennya melalui lampu tungsten filament.
Plasma ini sangat mudah dibuat, caranya dengan pemanfaatan tegangan listrik. Contoh, hadapkan dua electrode di udara bebas. Seperti kita ketahui udara adalah isolator, materi yang tidak menghantarkan listrik. Namun, apabila pada dua electrode tadi diberikan tegangan listrik yang cukup tinggi (10 kV<), sifat konduktor akan muncul pada udara tersebut, yang bersamaan dengan itu pula arus listrik mulai mengalir (electrical discharge), fenomena ini disebut eletrical breakdown.
Mengalirnya arus listrik menunjukkan akan adanya ionisasi yang mengakibatkan terbentuknya ion serta elektron pada udara di antara dua elektrode tadi. Semakin besar tegangan listrik yang diberikan pada elektrode, semakin banyak jumlah ion dan elektron yang terbentuk. Aksi-reaksi yang terjadi antara ion dan elektron dalam jumlah banyak ini menimbulkan kondisi udara di antara dua electrode ini netral, inilah plasma. Singkat kata plasma adalah kumpulan dari electron bebas, ion dan atom bebas.

Polusi udara

Mengatasi polusi dengan plasma sebenarnya bukan sebuah hal yang baru. Pada tahun 1907 Frederick Cottrell memperkenalkan electrostatic precipitator (EP) untuk mengatasi polusi akibat aerosol (sampah udara) dari asap pabrik hasil pembakaran. EP dapat digunakan untuk mengumpulkan aerosol. Prinsip kerja dari EP adalah perpaduan dari medan electrostatic dan aliran ion yang dihasilkan oleh corona discharge. Mekanisme kerjanya adalah partikel aerosol ditangkap atau dikumpulkan oleh aliran ion, kemudian kumpulan partikel tadi diangkut oleh medan electrostatic lalu dipisahkan. Sekarang EP banyak digunakan untuk mengatasi aerosol dari asap pabrik termasuk di antaranya, di Indonesia.
Namun, asap hasil pembakaran dari pabrik maupun kendaraan bermotor tidak hanya mengandung aerosol saja, tetapi didapati juga gas NOx, SOx, CO, dan Dioxin yang diketahui sangat berbahaya pada kesehatan. Kita mengenal hujan asam (HNO3 dan H2SO4) yang dapat mengakibatkan kanker. Juga gas CO yang dapat mematikan apabila kita menghirupnya secara langsung. Kita juga dapat merasakan bertambah suhu bumi akibat pertambahan CO2.
Baru-baru ini kita mendengar Dioxin yang muncul dari pembakaran sampah plastik, yang walaupun kadarnya sedikit namun berbahaya bagi kesehatan kita. Hal ini mendorong Dr Seiichi Masuda dari Tokyo University untuk mencari teknologi yang dapat mengatasi gas beracun hasil pembakaran pabrik. Pada tahun 1986 Seiichi Masuda mempublikasikan teknologi plasma sebagai teknologi untuk mengatasi kandungan gas NOx, SOx dari asap pembakaran pabrik.
Prinsip dari teknologi plasma dalam mengatasi kandungan gas NOx atau SOx sangatlah mudah. Seperti di jelaskan pada penjelasan di atas, plasma terbentuk dari kumpulan electron bebas, ion serta atom. Aksi-reaksi pada ion dan electron dalam plasma seperti reaksi ionisasi, excitasi, dan dissociasi dengan udara bebas disekitarnya berlanjut dengan terbentuk species aktif (ion, electron, molekul yang mudah bereaksi) seperti Ozone, OH, O, NH3 yang memiliki sifat radikal sangat mudah bereaksi dengan senyawa-senyawa yang ada disekitarnya. Species aktif yang terbentuk ini kemudian bereaksi dengan gas NOx atau SOx kemudian mengubah serta menguraikannya.
Dewasa ini di Jepang teknologi plasma berkembang sangat pesat. Di mana teknologi plasma memiliki beberapa kelebihan yaitu pembuatan peralatan dan maintenance yang sangat mudah, namun memiliki efektivitas penguraian yang cukup tinggi. Struktur yang mudah dari peralatan teknologi plasma memungkinkan untuk dipasang langsung pada kendaraan bermotor, untuk mengurangi kadar NOx yang timbul pada asap kendaraan hasil dari pembakaran bensin atau solar. Selain untuk mengatasi NOx dan SOx teknologi plasma dapat dipergunakan juga untuk menguraikan berbagai macam senyawa beracun seperti Dioxin, gas VOC (Volatile organic compounds) seperti, CFC, trichloroethylene, toluene, benzene, serta gas dari hasil pembakaran lainnya.

Mengatasi polusi

Seperti halnya pencemaran udara, pencemaran air sangatlah kompleks. Dalam proses produksi sebuah industri pada umumnya dipergunakan berbagai bahan material dari berbagai jenis dan bentuk. Limbah cair industri, pertanian, perkotaan dan rumah tangga selain mengandung senyawa berat (Cd, Cu, Hg, Zn dll.), juga mengandung berbagai macam senyawa organik, seperti dioxin, phenol, benzene, PCB, dan DDT.
Sistem pengolahan limbah cair yang ada sekarang umumnya mempergunakan cara kombinasi antara pemakaian chlorine serta sistem condensasi, sedimentasi, dan filtrasi. Sedangkan untuk pengolahan limbah organik banyak mempergunakan microbiologi, karbon aktif atau membran filtrasi.
Namun, limbah organik semakin banyak yang sulit untuk diuraikan dengan microbiologi atau membran filtrasi, serta membahayakan keselamatan makhluk hidup, meskipun dalam kandungan konsentrasi yang sangat kecil (ppm/ppb) seperti, senyawa dioxin, furan, dan atrazine. Sehingga sistem pengolahan limbah cair yang ada sekarang tidaklah cukup. Apabila hal ini kita biarkan, tanpa kita sadari, air minum yang dipergunakan akan banyak mengandung senyawa organik, yang selain membahayakan kesehatan manusia juga dapat merusak ekosistem makhluk hidup lainnya.
Untuk mengatasi masalah limbah organik ini, teknologi ozone mulai dipergunakan dalam proses pengolahan limbah cair. Teknologi ini dikenal dapat membersihkan limbah cair hingga mendekati 100 persen (Japan Engineering newspaper, 1996). Ozone yang dikenal sebagai oksidant kuat, selain dapat menghancurkan senyawa-senyawa organik, juga sekaligus dapat membunuh bakteri yang terkandung dalam limbah tadi. Meskipun demikian masih ada beberapa kendala yang harus diselesaikan pada teknologi ozone ini, seperti tingginya biaya operasional serta adanya sisa ozone yang tertinggal dalam air setelah proses pengolahan berlangsung. Sisa ozone yang memiliki kadar cukup tinggi, akan dapat membahayakan manusia.
Teknologi yang kemudian diperkenalkan untuk mengatasi limbah cair setelah teknologi ozone ini adalah teknologi plasma. Sebelum kita jelaskan lebih lanjut tentang teknologi plasma, perlu disampaikan disini bahwa ozone sendiri dapat dibuat dengan mempergunakan teknologi plasma (Siemens 1857). Dewasa ini teknologi plasmalah yang paling banyak dipergunakan untuk membuat ozone. Jadi, secara tidak langsung teknologi ozone adalah pemanfaatan dari teknologi plasma itu sendiri.
Selanjutnya, teknologi plasma juga dapat dipergunakan secara langsung dalam proses pengolahan limbah cair. Salah satu cara adalah dengan membuat plasma dalam air. Seperti halnya plasma di udara, plasma dapat juga dibuat dalam air. Proses pembuatannya sendiri hampir sama, hanya saja pembuatan plasma dalam air memerlukan energi sedikit lebih besar dibandingkan pembuatan plasma di udara, mengingat air adalah materi yang dapat mengalirkan arus listrik.
Plasma dalam air dapat menyebabkan timbulnya berbagai proses reaksi fisika dan kimia, seperti sinar ultraviolet, shockwave, species aktif (OH, O, H, H2O2), serta thermal proses.
Banyaknya reaksi fisika dan kimia yang dihasilkan oleh plasma dalam air, membuat teknologi ini dapat merangkum beberapa proses yang dibutuhkan dalam pengolahan air limbah. Sinar ultraviolet yang dihasilkan mampu mengoksidasi senyawa organik sekaligus membunuh bakteri yang terkandung dalam limbah cair. Shockwave yang ditimbulkan mampu menghasilkan proses super critical water yang juga berperan dalam proses pengoksidasian senyawa organik. Dan, yang paling penting banyak dihasilkan species aktif seperti OH, O, H, dan H2O2 yang merupakan beberapa oksidant kuat yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik sekaligus juga membunuh bakteri dalam limbah cair tersebut. Dan, tidak ketinggalan panas yang dihasilkan oleh plasma ini pun berperan dalam berbagai proses pengoksidasian.
Dari berbagai kelebihan proses yang dimilikinya, teknologi plasma dalam air mulai mendapat perhatian khusus terutama untuk mengolah limbah organik yang umumnya mengandung berbagai macam jenis senyawa organik. Dari berbagai percobaan laboratorium, teknologi plasma dalam air sangat efektif untuk menguraikan senyawa organik seperti TNT, phenol, trichloroethylene, atrazine, dan berbagai jenis zat warna (dye).
Teknologi plasma untuk mengolah limbah cair baik dengan teknologi ozone maupun dengan teknologi plasma dalam air memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan cara konvensional, microbiologi maupun membran filtrasi. Di antaranya proses penguraian senyawa organik berlangsung sangat cepat, pembuatan peralatan serta maintenance yang mudah, serta species aktif yang dihasilkan dapat menguraikan hampir seluruh senyawa organik.
Di Jepang dalam sepuluh tahun terakhir, penggunaan teknologi ozone maupun teknologi plasma berkembang sangat pesat. Terlebih lagi setelah ditetapkannya perundangan tentang Dioxin dan sejenisnya (January 2001). Di mana dioxin dapat diuraikan dengan mempergunakan kombinasi dari ozone dan sinar ultraviolet atau ozone dan hydrogen peroxide.

tornado

TORNADO ATAU PUTTING BELIUNG

Oleh :
Drs. Achmad Zakir, AhMG,
KIKI AhMG
Ida Pramuwardhani AhMG
Sub Bidang Informasi Meteorologi Publik


1. Pendahuluan.
Indonesia yang mempunyai letak geografis yang strategis, karena merupakan pintu masuk dan keluarnya perdagangan Internasional baik yang dari arah Belahan Bumi Utara maupun Belahan Bumi Selatan, namun tidak disadari bahwa letak yang strategis tersebut sering mendatangkan kerugian baik bersifat individu maupun bersifat sekelompok manusia termasuk juga organisasi.

Disampin itu Indonesia mempunyai ribuan pulau kecil hingga yang terbesar, beberapa teluk dan selat, serta danau dan bukit-bukit, sehingga kondisi ini ikut berperan terhadap pembentukan pola cuaca di Indonesia, oleh karena itu pengaruh yang dominant tehadap pembentukan dan perubahan cuaca di Indonesia lebih pada factor local atau factor topografi suatu daerah, sementara pengaruh dalam skala global adalah sebagai pengganggu pengaruh local.

Cuaca dalam skala yang sempit sebut saja dalam skala 5 sampai 10 km atau bahkan sampai dengan 50 km sangat sulita diprediksi, apalagi untuk memprediksi cuaca seperti angina tornado atau putting beliung yang mempunyai cakupan hanya 3 – 5 km denga kejadian yang relatig singkat akan lebih sulit lagi karena darai pengamatan model baik dari TLAPS, Synergie system dan model lainnya tidak tercover, ftaslanya model-model tersebut mempunyai resolusi antara 0, 375 sampai dengan 1 derajat atau antara 40 – 110 km, sehingga tidak mungkin terlihat dari model tersebut.

Sebutan Tornado atau badai sering membingungkan masyarakat dan menakutkan karena ketidak tahuan akan pengetahuan tentang fenomena alam tersebut. Tornado memang mempunyai daya rusak yang hebat, akan tetapi kejadian tornado tergantung dari skalanya sementara di Indonesia tornado memang ada akan tetpai hanya pada skala F0 dan F1 atau sering dikenal dengan Putting beliung, Angin puyuh, angin ribut atau angin leysus. Referensi dari Tulisan terdahulu oleh achmad zakir menyatakan bahwa angin putting beliung berbeda dengan badai tropis, kejadiananya berasal dari sel awan tunggal dan lebih sering terajdi pada musim pancaroba atau pada musim penghujan jika pada periode musim penghujan diikuti dengan udara panas 3 hari atau pada hari sebelumnya.

2. Apa itu Tornado/Putting Beliung
Apakah Tornado sama dengan Putting beliung, jawabnya ya, perbedaannya hanya pada penyebutan dan skala intensitas Tornado, di Indonesia Tornado dikenal dengan sebutan angin putting beliung atau angin leysus, yang berbeda adalah dalam skala intensitasnya saja, di Indonesia tornado hanya pada skala F0 dan F1, (lihat penjelasan skala tornado)

Berikut adalah beberapa pertanyaan tentang tornado
a) Pengertian tornado?
Menurut Kamus Meteorologi (AMS 2000), tornado adalah “suatu kolom udara yang berputar dengan kencang, timbul dari awan cumuliform atau dari bagian bawah awan cumuliform, dan sering ( tidak selalu ) tampak seperti funnel cloud.” Dengan kata lain, sebuah vorteks yang diklasifikasikan sebagai tornado, harus terhubung dengan permukaan tanah dan dasar awan. Ahli meteorology belum menemukan cara yang mudah untuk mengklasifikasi dan mendefinisikan tornado. Contohnya, tidak ada perbedaan yang jelas antara mesosiklon ( sirkulasi badai guntur induk ) di permukaan dengan tornado lemah yang besar. Sudah diketahui bahwa funnel pada tornado tidak tampak. Juga, pada kecepatan berapa dari awan ke permukaan tornado berawal.

b) Bagaimana tornado terbentuk ?
Sebagian besar tornado yang merusak dan mematikan disebabkan oleh supersel, yaitu badai guntur yang berputar dengan sirkulasi yang teratur yang disebut mesosiklon. Supersel juga dapat menimbulkan hujan es yang merusak, angin kencang non-tornado, kilat, dan banjir tiba-tiba. Pembentukan tornado umumnya dapat dilihat pada hal- hal yang terjadi pada skala badai, didalam dan sekitar mesosiklon. Pertumbuhan tornado berhubungan dengan perbedaan temperature pada di tepi massa udara turun (downdraft) yang berada di sekitar mesosiklon (downdraft oklusi). Studi pemodelan secara matematis tentang pertumbuhan tornado juga mengindikasikan tornado dapat terjadi tanpa pola temperature tersebut; bahkan kenyataannya, variasi temperatur yang teramati sangat kecil pada beberapa tornado yang menyebabkan kerusakan hebat dalam sejarah yakni pada 3 Mei 1999.

c) Dari arah mana tornado datang?
• Dapat terjad kapan saja tiap tahunnya
• Dapat terjadi dimana saja diseluruh tempat di dunia, namun pada daerah-daerah lintang tinggi terjadinya biasanya pada musim semi atau musim panas
• Di Amerika tornado dapat terjadi pada pukul 15 s.d 21 LT
• Di Indonesia lebih bayank disekitar Sumatera dan Jawa (lihat tabel frekuensi puting beliung)


d) Apakah hujan es selalu terjadi sebelum tornado? Hujan? Kilat?
Karakteristik hujan, angin, kilat, dan hujan es menurut pengamat bervariasi dari badai yang satu dengan badai yang lain, dari jam ke jam, dan bahkan dari arah gerakan badai. Hujan es berukuran besar dapat mengindikasikan badai guntur yang tidak biasa, dan dapat saja terjadi sebelum tornado. Hujan es, atau bentuk lain apapun dari presipitasi, kilat bukanlah prediksi tepat akan terjadi tornado.


e) Jenis- Jenis Tornado

Tornado lemah

 Mencakup 88% dari jumlah keseluruhan tornado
 Menyebabkan kematian kurang dari 5%
 Memiliki tenggang waktu 1s.d > 10 menit
 Kecepatan angin kurang dari 110 mph

Tornado kuat
 Mencakup 11% dari jumlah keseluruhan kejadian tornado
 Menyebabkan kematian hampir 30%
 Memiliki durasi 20 menit atau bahkan lebih
 Memiliki kecepatan angin 110 s.d 205 mph

Tornado sangat kuat
 Mencakup 1% dari jumlah keseluruhan kejadian tornado
 Menyebabkan kematian hampir 70%
 Memiliki durasi melebihi 1 jam
 Memiliki kecepatan angin >205 mph
















Waterspout
 Waterspout merupakan tornado yang lemah yang terbentuk dari perairan hangat
 Waterspout terjadi pada saat musim dingin / musim salju yang terlambat dating, disaat orang-orang mengira kemungkinan terjadinya tornado sangat kecil
 Waterspout terkadang bergerak di dekat daratan dan menjadi tornado yang menyebabkan kerusakan dan korban jiwa

f). Berapa lama tornado hidup?
Tornado dapat berlangsung mulai dari beberapa detik hingga lebih dari satu jam. Sebagian besar tornado berlangsung kurang dari 10 menit.

3. Skala Tornado
Gambar dibawah ini menjelaskan prosentasi intensitas Tornado yang pernah terjadi di kawasan Jepang juga kaitannya dengan angka kematian akibat Tornado





























Berikut adalah skala intensitas Tornado menurut Fujita Jepang,

SKALA KERUSAKAN TORNADO:

SKALA PERKIRAAN KECEPATAN ANGIN
( MPH ) TIPE KERUSAKAN
F0 < 73 Kerusakan ringan. Beberapa kerusakan pada cerobong asap; dahan pohon patah ; pohon-pohon berakar dangkal terdorong; papan- papan penunjuk rusak.
F1 73 - 112 Kerusakan sedang. Atap rumah berhamburan; rumah semi-permanen bergeser; ----
F2 113 – 157 Kerusakan yang signifikan. atap rumah kayu rusak; rumah semi-permanen roboh; mobil terbalik; pohon besar tercabut; misil ringan terpicu; mobil terangkat dari permukaan tanah.
F3 158 – 206 Kerusakan berat. Atap dan dinding rumah permanen roboh; kereta api terbalik; sebagian besar pohon di hutan tercabut; mobil besar terangkat dan terlempar dari permukaan tanah.
F4 207 – 260 Kerusakan hebat. Rumah permanen terangkat; bangunan dengan pondasi semi-permanen terlempar;misil besar terpicu; mobil dan benda berat lainnya terlempar beterbangan.
F5 261 - 318 Kerusakan sangat hebat. Rumah dengan kerangka yang baik pondasinya terangkat dan tersapu; Misil berukuran besar beterbangan di udara hingga 100 meter; pohon beterbangan; fenomena luar biasa lain akan muncul.

4. Frekuensi kejadian Angin Putting Beliung tahun 2006
Frekuensi kejadai putting beliung dibawah ini adalah hasil pengolahan data yang tercatat melalui media cetak, sehingga dalam analisa dan pengolahan data berdasarkan data yang tersedia, namun demikian datatersebut sudah menjelaskan frekeunsi kejadai angina putting beliung di Sumatera dan Jawa.



Dari catatan kejadiaan angin putting beliung pada tahun 2006 di Sumatera dan Jawa, frekuensi kejadian putting beliung lebih sering pada bulan Nopember disaat memasuki musim penghujan sedang disaat memasuki musim pancaroba lebih sering pada bulan Maret,

GRAFIK KEJADIAN PUTING BELIUNG

Berdasarkan Jumlah Kejadian tiap Bulan sepanjang tahun 2006

























Berdasarkan Waktu Kejadian sepanjang tahun 2006












5. Kesimpulan
- Di Indonesia istilah Tornado disebut dengan Angin Putting Beliung tatau angin Puyuh/rebut atau juga angina Leysus, dengan skala intensitas Fujita pada skala F0 dan F1
- Frekuensi kejadian Putting beliung pada tahu 2006 di Sumatera dan Jawa lebih sering bulan Nopember yaitu pada saat memasuki musim penghujan dan bulan Maret pada saat memasuki musim kemarau.
- Kejadian angin Putting beliung atau Tornado lebih sering pada siang atau sore hari.

6. Referensi
- Achmad Zakir , Sub bid Infomet Publik, Putting Beliung, Oktober 2006
- http://www.tornadoproject.com/fscale/fscale.htm#Fujita%20and%20Pearson
- http://www.tornadoproject.com/cellar/tttttttt.htm#visible
-

kumpulan media pembelajaran

yang tersimpan pada blog ini, murni bertujuan untuk digunakan sebagai media pembelajaran

kumpulan media pembelajaran